-

Minggu, 21 Oktober 2012

ETOS KERJA , ETIKA PROFESI DAN PROFESIONALISME BAGI ARSITEK DALAM BERKARYA



PENGANTAR
Pembangunan kota-kota di Indonesia yang berlangsungsaat ini cukup pesat, tumbuhnya kawasan-kawasan industri, perumahan, perdagangan, wisata dan budaya serta gedung-gedung yang mengisinya tentunya tidak lepas dari peran para arsitek penggagasnya . apabila kita cermati fenomena yang berkembang saat ini di masyarakat, baik buruknya perkembangan kota dan bangunan pengisinya tersebut yang dituding paling bertanggung jawab adalah rekan-rekan arsitek kita. Pada satu sisi, kondisi ini merupakan hal positif bagi para arsitek aoabila rancangan yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan masyarakat pengguna dan membawa kemaslahatan bagi banyak orang, tetapi menjadi sebaliknya merupakan musibah bagi para arsitek apabila rancangan yang dihasilkan membawa ketidak nyamanan bagi pengguna dan banyak orang di lingkungannya.Keduanya membawa dampak moral yang terus akan mengikuti para arsitek penggagasnya selama bangunan/obyek rancangannya masih berdiri atau bahkan sampai si arsitek tersebut telah meninggal dunia.
Profesi arsitek terus berkembang setiap tahunnya sedangkan pekerjaan yang tersedia belum sebanding, dan apabila dilihat dalam konstelasi pekerjaan pembangunan yang berkembang saat ini, keberadaan seorang arsitek menjadi lebih sempit kiprahnya. hal ini tentunya menyebabkan tingkat persaingan yang semakin tinggi, Persaingan yang positif tentunya merupakan sesuatu yang membanggakan, karena si arsitek berupaya meningkatkan kemampuan dan kinerjanya dalam memberikan layanan jasa pada pemberi pekerjaan, sehingga memang pantas si arsitek tersebut mendapatkan pekerjaan itu, tetapi persaingan yang negatifpun banyak kita jumpai di dunia konsultansi, fee perencanaan yang rendah, kualitas perencanaan yang kurang baik dengan memanfaatkan ketidak tahuan pengguna jasa arsitek, ketidak pedulian arsitek pada lingkungan dan regulasi yang berlaku, dsb , sering dikeluhkan dilingkungan arsitek atupun pemberi pekerjaan.
Kiranya penting untuk memberikan pemahaman tentang kode etik, profesi dan etos kerja sedini mungkin bagi seorang calon arsitek, harapannya ketika nantinya berkarya telah berbekal pemahaman bagaimana seharusnya arsitek itu berkarya secara benar. Karena harus disadari bahwa berhasil atau gagalnya suatu proses pembangunan atau penciptaan karya, akan menyangkut pula seberapa besar kemampuan, keahlian dan ketrampilan yang dimiliki oleh seorang arsitek dan seberapa kemauan si arsitek dalam menumpahkan seluruh kemampuan, ketrampilan dan keahliannya dalam pekerjaan pembangunan yang menjadi tanggung jawabnya.
Arsitek bukan ‘masterbuilder’
Dalam pekerjaan pembangunan, Arsitek dapat dikatakan seorang ‘leader’ atau koordinator pembangunan, khususnya terhadap bangunan yang direncanakan dan dirancangnya, tetapi apabila kita cermati peran seorang arsitek dalam merencanakan dan merancang pembangunan saat ini tidak mungkin melakukannya seorang diri, pengetahuan dan kemampuannya terbatas, sehingga pastilah membutuhkan bantuan konstruktor, ahli mekanikal elektrikal, ahli landscape ,estimator, lebih jauh lagi terkadang arsitek akan bekerjasama dengan panata cahaya, akustik, konsultan sekuriti, konsultan teknologi informasi, konsultan fasade bangunan, konsultan pengukuran dan penyelidikan tanah, konsultan tata lalu lintas dan perparkiran, dll. dan Apabila hal ini dipaksakan tentunya hasil pekerjaan pembangunannya tidak maksimal.
Perencanaan pekerjaan pembangunan dengan melibatkan multi disiplin menuntut seorang arsitek untuk sadar, paham dan melakukannya dengan baik akan perannya sebagai koordinator tim perencana. Bahkan hal ini dapat saja terjadi mulai dari skala proyek yang tidak terlalu besar sampai proyek yang kompleks. Layaknya seorang derigen orkestra, arsitek bertugas memadukan seluruh anggota tim untuk mewujudkan karya yang utuh, tepat dan berhasil guna. Dasar pemikiran, metoda kerja, kejelian sudut pandang serta keluwesan dalam meniti pola bisnis konstruksi mutakhir adalah bekal utama seorang arsitek untuk mencapai tujuan diatas ( Tabah Agus Nugroho, , Encona, 2006 )
Masa Keemasan arsitek sebagai ‘master builder’, sebagai seorang yang hampir berperan penuh dan total dalam setiap kegiatan pekerjaan pembangunan memang sudah lewat hampir seabad. pada waktu itu sejak gagasan, konsep, perencanaan, perancangan dan bahkan pembangunan, arsitek dalam proses penciptaan karyanya seolah menjadi ‘ dewa’ yang tak terusik dan seolah tabu untuk dicampuri, kini sudah berubah. Arsitek pada perkembangan saat ini dapat dikatakan hanya merupakan bagian dari sebuah proses pekerjaan pembangunan.
Menyempitnya peran arsitek tersebut sedikit banyak berpengaruh pada penurunan penguasaan berbagai pengetahuan pembangunan. Arsitek yang semula dipandang sebagai generalis yang menguasai berbagai pengetahuan penciptaan bangunan ( karya arsitektur ) lambat laun menjadi spesialis-spesialis yang bergerak sebatas bidang perencanaan, parancangan arsitektur, tata ruang dan estetika.
Hal diatas dapat juga dipahami mengingat pada kurikulum pendidikan arsitektur yang terdapat pada perguruan tinggi penghasil para sarjana teknik arsitektur, pengurangan jumlah SKS dan lama waktu studi serta keberadaan mata kuliah pilihan yang diadakan untuk menjawab pasar menguatkan kondisi tersebut. Yang masih menggembirakan adalah dalam proses penciptaan sejak masa kuliah atau pengalaman, calon arsitek dibekali dan memebekali dirinya dengan kemampuan dan ketrampilan yang khas, keahlian berpikir mengurai dan memadukan analisis sekaligus sintesis, mengolah seni, keteknikan dan kegunaan, kemampuan memandang secara spatial dan total. Melihat bagian dalam keseluruhan dan keseluruhan dalam bagian. Belum lagi kemampuan melihat ‘ciptaan yang belum tercipta’, keahlian-keahlian inilah yang tetap menempatkan arsitek pada posisi penting dalam proses pekerjaan pembangunan nantinya. ( bambang supriyadi,perencanaan dan perancangan arsitektur, 2006).
Di lingkup Asia atau bahkan dunia sepakat bahwa yang dimaksud dengan arsitek professional itu adalah arsitek berpendidikan S1 ( lima Tahun ), sedangkan pendidikan arsitektur di Negara kita hanya 4 tahun ( S1 ), sehingga ke depan diharapkan muncul pendidikan profesi 1 tahun sebagai wujud pemberian bekal yang lebih aplikatif dan mendasari kemampuan calon arsitek yang akan berkarya.
Perkembangan Peran Arsitek Dalam Konstelasi Proyek.
Secara tradisional. Arsitek dan pemberi tugas mempunyai hubungan langsung, seiring dengan besarnya skala pekerjaan, terdapat berbagai bentuk variasi pola hubungan kerja, baik secara vertical ataupun horizontal.Secara horizontal, berbagai macam disiplin ilmu ini dapat berasal dari satu perusahaan yang bersifat “ in-house”. Pengembangan dari pola horizontal ini adalah masing-masing disiplin ilmu merupakan individu perusahaan dan langsung berhubungan dengan pemberi tugas. Variasi dari pengembangan horizontal ini adalah bahwa masing-masing konsultan ini berhubungan dengan pemberi tugas melewati badan/perusahaan menejemen proyek, bahkan dalam beberapa kasus posisi arsitek perencana dapat saja terdiri dari gabungan beberapa arsitek/konsultan arsitek.
Secara vertical untuk kasus tertentu, pemberi tugas tidak hanya mengandalkan satu lapis arsitek, tetapi dari beberapa lapisan arsitek, mulai dari arsitek konseptor, arsitek pengembangan disain, arsitek pendokumentasi proyek ( architect of record ).
Negara kita yang secara praktek menganut perdagangan bebas ( AFTA, APEC dan WTO) memungkinkan para pemilik proyek mencari arsitek/konsultan asing, terutama sebagai konseptor dan pengbang disain. Keanekaan ini jelas merupakan tantangan lebih lanjut bagi para arsitek yang berpraktek, tinggal bagaimana mensikapi dan membekali diri untuk memenangkan persaingan.
Pada tingkatan ini Pengguna jasa/ pemilik proyek menganggap etos kerja profesi arsitek itu adalah :
  • Seorang yang menjunjung tinggi etika dan tata laku profesi dengan tertib
  • Seorang terpercaya yang dapat mendampingi atau mewakili pemilik /pengguna jasa dalam melaksanakan proses pembangunan.
  • Orang yang berkepribadian luhur, jujur dan trampil dalam keahliannya dan berdedikasi terhadap profesinya.
  • Seorang yang adil dan bijaksana dalam menimbang, sehingga orang lain tidak dirugikan
  • Seorang yang berupaya memberikan yang terbaik dalam keahliannya untuk kepentingan semua yang terlibat didalam proses pembangunan
pedoman hubungan kerja antara arsitek dan pemberi tugas, IAI, 1986 )
Anggapan pengguna jasa/pemilik proyek terhadap profesi arsitek tersebut menuntut arsitek untuk memiliki sifat :
  • Komunikatif, berkaitan dengan kemudahan akses, kontak person dan kelancaran informasi perkembangan pembangunan terjaga dan penguasaan bahasa asing.
  • Berpengalaman, berkaitan dengan pengalaman arsitektural, teknis, kepranataan dan kepekaan lingkungan.
  • jujur dan bertanggung jawab, berkaitan dengan karya, informasi, kepranataan dan perhitungan fee.
  • Kreatif, berkaitan dengan kemampuan teknis disain, estetis dan menejerial.
  • effektif dan effisien, berkaitan dengan kemampuan menghitung estimasi biaya berdasarkan harga satuan terbaru secara rinci, kemampuan melaksanakan ‘value enginerring’ terhadap biaya pelaksanaan, kemampuan pemilihan metoda pelaksanaan pembangunan dengan teknologi yang tepat agar dapat menghemat waktu serta biaya pembangunan serta kemampuan memilih bahan bangunan yang tepat, cepat pemasangannya tanpa mengurangi estetika.
  • mempunyai sense of business. Hal ini berkaitan dengan investor atau pengembang, yaitu kemampuan memahami akuntansi, studi kelayakan, cashflow, mempunyai keuletan tinggi, kearifan terhadap idealisme serta kemampuan lobby.
( Soeroso,SR, Pandangan dan harapan pengguna Jasa thd Arsitek, 2007 )
Etika Profesi, Kode Etik dan Etos Kerja Profesi Arsitek
Kata ‘Profesi’ ( profession ) berarti mengaku/menyatakan diri secara gambling/tegasdan terbuka di depan umum. Pengertiannya adalah ‘panggilan ( vokasi) yang berdasar pada latihan keahlian khusus ( desain ) yang panjang untuk dapat memberikan layanan tertentu kepada public”.
Didalam praktek pada hakikatnya, profesi adalah keahlian tertentu yang diabdikan sebagai suatu pengikatan janji(komitmen) oleh ahlinya dalam mencari nafkah dengan berkarya. Berprofesi adalah lebih dari sekedar bekerja ( okupasi ), peofesi juga lebih dari sekedar panggilan ( vokasi ). Profesi bersifat, dipresentasikan dengan bekerja dan berkarya secara penuh purna waktu dengan penuh pengabdian ( dedikasi ) dan kecintaan yang dalam ( devosi ).
Jadi profesi itu bersumber pada bagian yang terdalam dalam diri manusia yang kemudian dimanivestasikan dalam bentuk panggilan nurani, untuk berkarya dengan pengabdian, pengamalan ilmu dan keahlian untuyk kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Profesi pada akhirnya mempunyai arti baku sebagai suatu pekerjaan ( occupation ) dengan cirri-ciri suatu pengakuan di depan umum mengenai keahlian ( skill ), keilmuan ( learning ) dan kepakaran ( expertise ) yang ditawarkan sebagai jasa yang menyangkut kepentingan orang lain.
Proses menyatakan diri tidak dapat langsung begitu saja, tetapi melalui tahapan dalam suatu proses. Harus ada yang menyatakan bahwa seseorang itu “ ahli ‘ dan tidak bias lain, yang berhak menyatakan adalah ‘kelompok’ yang juga memiliki keahlian dibidang yang sama dan kelompok ini merupakan embrio kelahiran ‘organisasi profesi’. Organisasi ini yang kemudian menetapkan criteria dan syarat untuk menyatakan seseorang adalah ahli dan dapat menjadi anggota kelompoknya. Dalam konteks ini kelompok ini adalah Ikatan Arsitek Indonesia ( IAI ).
Menghayati bahwa profesi adalah panggilan nurani, maka praktek berprofesi menuntut dijalankannya kwajiban etis terhadap masyarakat. Kwajiban-kwajiban etis yang dirasakan dan disepakati olehkomunitas profesi dibidangnya masing-masing, secara formal diujudkan menjadi ‘Kode Etik’ dan disepakati kekuatan hukumnya oleh kelompok itu.
IAI menyusun etika profesinya kedalam kode etik arsitek dan tata laku profesi arsitek yang wajib dipatuhi dan dijunjung tinggi oleh anggota-anggotanya dalam menjalankan profesi. Penerapan Etika Profesi memberikan konsekuensi langsung pada tiga tanggung jawab, yaitu:
  • Responsibility, tanggung jawab moreal.
  • Liabilitry, tanggung jawab pada ikatan janji.
  • Accountability, tanggung jawab pada kontrak perjanjian.
Profesi, professional dan berprofesi
Dalam pengertian tersebut di atas, maka dalam profesi harus dicakup :
  • Adanya keahlian khusus
  • Adanya tanggung jawab
  • Adanya kesejawatan
Bahwa Tujuan Berprofesi adalah :
  • Memberikan karya yang terbaik yang bias dihasilkan
  • Sebesar-besarnya memberikan perlindungan kepada masyarakatnya.
Bahwa Kaidah berprofesi adalah :
  • Mencari nafkah dengan mengabdikan keahlian sebagai pelayanan untuk kepentingan masyarakat.
  • Tidak merugikan masyarakat dengan menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dan oleh karena itu memiliki pegangan kode etik dan kaidah tata laku profesi.
Bahwa pengertian professional adalah seorang yang mencari nafkah dengan berprofesi yang berciri utama sebagai berikut :
  • Mandiri-independent
  • Bekerja penuh, purna waktu
  • Berorientasi pada pelayanan, mengabdi pada kepentingan umum
  • Memiliki keahlian khusus yang berlatar belakang pendidikan tertentu
  • Tereus menerus mengembangkan ilmu dan keahliannya
  • Profesional juga berarti cara kerja yang tertib, bertanggung jawab, bertanggung bayar dan bertanggung gugat.
Praktek berprofesi berarti melaksanakan janji komitmen bagi si-profesional, untuk berkarya sebaik-baiknya melalui hubungan antara dia dan masyarakat yang membutuhkan keahliannya dan mempercayainya. Interaksi dalam hubungan kerja ini merupakan hal yang terpenting dalam praktek berprofesi. Hubungan kerja ini terutama didasarkan oleh saling percaya. Aturan hubungan kerja professional harus diwujudkan dalam bentuk pegangan yang disatu pihak berbentuk landasan hokum untuk menjamin perlindungan terhadap masyarakat yang menggunakan jasa professional itu, serta untuk menjamin nafkah bagi dan dapat dihasilkannya karya yang terbaik oleh siprofesional. Dilain pihak berbentuk kode etik dan kaidah tata laku profesi, untuk menjamin terhindarnya tindakan kesewenang-wenangan. Esensi dari peraturan/perundangan tentang profesi adalah mengatur seluk beluk interaksi dalam praktek berprofesi, untuk tujuan sebesar-besarnya memperoleh hasil karya yang terbaik dan jaminan perlindungan kepada masyarakat.
PENUTUP
Bertambahnya jumlah arsitek yang berkarya dan terbatasnya jumlah pekerjaan pembangunan yang tersedia tentunya akan meningkatkan persaingan antar arsitek, persinggungan tentunya acapkali terjadi, kedepa tinggal bagaimana para arsitek mensikapinya. Dengan memahami dan menerapkan kaidah tata laku profesi arsitek diharapkan masing-masing arsitek baik secara indifidu ataupun institusi memacu diri untuk meningkatkan kemampuan dalam menjalankan profesi arsiteknya dengan penuh tanggung jawab dan bermartabat.

PENTINGNYA PENGUASAAN COMPUTER AIDED DESIGN ( CAD) DAN FREEHAND DRAWING DALAM DUNIA KERJA DI BIDANG JASA KONSULTANSI



Perkembangan teknologi komputer, khususnya dalam dunia arsitektur sangat pesat, baik dari segi perangkat keras, perangkat lunak ataupun jasa pelayanannya. Peranan komputer dalam usaha jasa konsultansi sampai akhir tahun 1990-an baru terbatas pada konsultan-konsultan besar tetapi kondisi saat ini penggunaannya hampir merupakan kebutuhan utama bahkan pada arsitek perseorangan. Salah satu teknologi computer yang diterapkan dibidang arsitektur adalah Computer Aided Design ( CAD ), penggunaannya dianggap sebagai alat bantu gambar yang mentransfer pekerjaan di atas meja gambar ke layar monitor.
Kemajuan komputer dan CAD pada khususnya harus diakui membawa kemudahan dalam menghasilkan produk gambar dengan teknis yang baik dan memberi banyak kemudahan serta keuntungan dalam dunia jasa konsultansi, tetapii hanya sebagian yang dapat dievaluasi dengan mudah, sebagian lainnya merupakan keuntungan yang tak terukur secara kuantitatif, seperti peningkatan kualitas pekerjaan, informasi akurat dan pengaturan yang lebih baik. Hal ini tentunya membawa perubahan pada kurikulum pengajaran pada dunia pendidikan , khususnya sekolah kejuruan dan keteknikan, yaitu dengan mencantumkan CAD sebagai mata kuliah wajib atau pilihan, sebagai tambahan muatan ataupun pengganti pelajaran menggambar arsitektur.
Dalam dunia jasa konsultansi, CAD telah membuktikan diri sebagai alat disain dan perencanaan produk yang baik, begitu selesai, gambar-gambar CAD dapat direvisi dengan mudah, diubah, diperbaiki, dicetak atau dibuat salinannya dalam waktu yang relative singkat. Keuntungan utama adalah dalam hal ketepatan, kemampuan disain, kualitas gambar serta dokumentasi yang tinggi, sementara kesuksesan dan kegagalan dalam memanfaatkannya, umumnya tidak disebabkan oleh teknologi CAD yang ada, tetapi lebih ditentukan oleh bagaimana menejemen dan pengelolaan pemanfaatan CAD tersebut dilakukan.
Pada perkembangannya saat ini didunia pendidikan dan dunia kerja/ jasa konsultansi terdapat beberapa pandangan yang keliru terhadap pemakaian CAD karena dianggap setelah membeli system CAD berarti membeli kecerdasan dan konsultan disain dan manfaat CAD akan dicapai secara optimal. Sedangkan terhadap produk yang dihasilkan dirasakan adanya kesenjangan kualitas disain dari pemakainya. Kenyataan menunjukkan apabila pemakai CAD mempunyai kemampuan freehand drawing atau dasar-dasar menggambar tangan yang baik akan menghasilkan produk yang lebih baik jika dibandingkan dengan pemakai yang kurang//tidak mempunyai kemampuan gambar tangan yang baik, hal ini mengartikan bahwa CAD disini hanya berfungsi sebagai alat untuk membantu mewujudkan rancangan. Disisi lain produk yang dihasilkan dalam setiap tahapan pekerjaan dalam jasa konsultansi tidak semuanya tepat untuk menggunakan CAD, sebaliknya juga tidak semuanya tepat menggunakan freehand drawing/manual,
Dengan demikian akan menarik untuk mengerti produk-produk dalam tiap tahapan pekerjaan jasa konsultasi yang mana paling tapat digunakan system CAD dan yang mana cocok menggunakan manual/freehand drawing .
Harapannya dengan membandingkan keduanya akan memberikan masukan pada dunia pendidikan yang nantinya akan menghasilkan tenaga-tenaga professional di bidang keteknikan, khusunya arsitektur dalam menata kembali kurikulum pendidikannya
Kata kunci : cad, freehand drawing dan produk perancangan jasa konsultansi.
PENGANTAR
Pentingnya penguasaan Computer Aided Drafting ( CAD ) dan freehand drawingterhadap kualitas produk perencanaan dan perancangan dalam dunia kerja konsultan perencana ini akan memperhatikan dua gatra. Gatra pertama, adalah penggunaan CAD dan freehand drawing serta terapannya dan kedua, adalah kualitas produk perencanaan dan perancangan konsultan .
Freehand Drawing dan Terapannya
Gambar freehand atau menggambar tangan bebas untuk membuat skesta secara cepat dalam memvisulisasikan suatu obyek ataupun gambar – gambar teknik sering dilakukan oleh orang – orang yang terlibat pada suatu pekerjaan tertentu dan apabila diperhatikan produk gambar yang dihasilkan masing – masing tidak sama antar satu dengan yang lain.
Kemampuan gambar dan bakat seseorang amat berhubungan, artinya semakin baik bakat seseorang dalam menggambar akan semakin mudah mengembangkan teknis penguasaan gambar dalam memvisulaisaikan suatu obyek, tetapi bukan berarti yang kurang berbakat dalam menggambar tidak dapat mempelajarinya. Teknis menggambar dapat dipelajari walaupun hasil yang didapatkan tidak dapat optimal. Hal ini dat dilihat pada dunia pendidikan kejuruan kita. Freehand pada masa pendidikan, teknis menggambar tangan bebas selalu diberikan pada kurikulum sekolah – sekolah kejuruan dalam porsi yang cukup, hal ini menunjukan bahwa freehand atau menggambar tangan bebas amat penting sebagai bekal yang harus dikuasai para lulusanya. Untuk maksud terebut kerapkali dalam menerima anak didik dilakukan test kemampuan gambar.
Penguasaan Teknis Freehand Drawing
Freehand drawing atau gambar tangan berdasarkan tujuannya dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu Sketsa, gambar presentasi, gambar teknik.
Untuk dapat membuat gambar dengan baik perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar dengan cara – cara menghasilkan gambar yang baik. Umumnya seseorang perancang harus memperlajari tata cara menggambar lebih cepat dari yang lain , tetapi memang mereka harus menguasai prinsip / tata cara menggambar dan mempraktekannya supaya memiliki keahlian tersebut. Prinsip / tata cara yang dimaksud adalah :
1. Komposisi
Kesatuan
Diperlukan pengaturan antara obyek utama dan obyek penunjang
Obyek Utama harus menempati bagian terbesar dari sketsa tersebut, sehingga tampak sebagai bagian terpenting dan memerlukan perhatian khusus
Tekanan
Pemberian rendering yang cermat dan kontras yang baik dengan memperhatikan arah sinar merupakan cara tepat untuk menghadirkan tekanan.
Keseimbangan
Pengaturan obyek utama gambar dan penunjangan dengan memberikan penekanan yang sesuai
2. Proporsi
Bentuk obyek gambar menentukan format dan kedudukan kertas gambar
3. Sudut Pandang
Setiap bagian dari obyek gambar tidak sama menariknya. Perspektif 3 dimensi lebih mudah dimengerti.
4. Kesan 3 dimensi
Kontras
Naung dan Bayangan
5. Elemen – elemen Penunjang
Imaginasi suasana akan terlihat
Faktor Pembanding atau skala
Dengan menguasai teknis penggambaran freehand diharapkan seseorang dapat memvisualisasikan suatu obyek gambar dengan benar dan tepat, sehingga pembaca gambar dapat mengerti dan memahami dengan tepat pula.
Keberhasilan teknis penggambaran di atas dapat dicapai dengan ataupun tanpa alat bantu , tetapi faktor manusia yang mengopersikan atau menciptakan gambar tesebut amat dominan disini.
Gambar freehand dapat dilakukan dengan teknik pencil dan tinta,
Kedua teknis penyelesaian ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masing – masing. Teknik menggambar dengan pencil jarang digunakan sebagai gambar presentasi, tetapi akan membantu seorang perencana dalam membuat sketsa secara tepat, keuntungan yang lain adalah kemungkinan yang besar untuk memberikan perbedaan nada ( tone ) sehingga memperkuat kesan tiga dimensinya. Sedangkan teknik tinta sering digunakan dalam mempresentasikan gambar.
Computer Aided Design ( CAD ) dan terapannya
Disisi lain CAD difungsikan untuk menggantikan fungsi pencil, pena, kertas dan drafter, hal ini tentu saja didukung dengan peralatan computer. ( Krisnamoorthy, 1991 ). Aspek positif CAD dapat dipaparkan sbb :
  • Sistem CAD dapat membebaskan drafter atau arsitek perencana dari kesalahan yang sering terjadi pada proses penggambaran secara manual
  • CAD dapat diprogram pada awal penggunaannya dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, sehingga dapat membantu menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dan menambah keakuratan dalam penggambaran.
  • Bagaimanapun CAD adalah suatu alat bantu dengan kemampuan dan kecepatan yang tinggi, perubahan dan perbaikan kesalahan akan dengan cepat dapat dilakukan. Hal ini tentunya memberikan nilai ekonomis pada perubahan dalam melakukan persiapan penyajian gambar.
Keuntungan potensial yang diperoleh dengan menggunakan system CAD ( Satrio Sumantri, 1989 ) adalah :
  1. Peningkatan produktifitas, tergantung pada rincian rancangan( makin rinci, maka produktifitas makin meningkat), Tingkat simetri gambar rancangan (makin banyak bagian simetri, makin tinggi produktifitas ), besar kecilnya datadan tingkat kerumitan gambar ( makin rumit, makin tinggi produktifitasnya )
  2. Waktu Produksi lebih singkat, system CAD yang interaktif akan mempercepat proses pembuatan gambar atau model.
  3. Analisis terhadap hasil rancangan, system CAD mempunyai kemampuan analisis, proses perancangan dan analisa dapat dilakukan dengan system yang sama.
  4. Rancangan yang lebih baik, Dalam perancangan dapat dilakukan perubahan sehingga terdapat alternative rancangan dengan cepat.
  5. Pengurangan kesalahan, system CAD yang interaktif dapat mengurangi kesalahan yang terjadi dalam proses perancangan, penggambaran dan Penyusunan dokumentasi. Dalam system CAD tak diperlukan lagi pengolahan informasi secara manual setelah gambar awal selesai dibuat.
  6. Peningkatan ketelitian. Dengan sistim CAD pengontrolan dimensi akan jauh lebih teliti. Sistem CAD akan memberikan rancangan kurva ruang (3 dimensi ) yang jauh lebih teliti daripada rancangan secara manual.
  7. Memudahkan dalam perencanaan. Dengan adanya kemampuan untuk melakukan pandangan dari berbagai sudut oleh sistim CAD maka akan memudahkan dalam memilih dan merencanakan perkakas.
  8. Pengendalian prosedur perubahan teknis, dengan sistim CAD maka pengendalian prosedur perubahan dapat dilakukan dengan baik. Gambar – gambar dan dokumen asli disimpan dalam basis data sistim CAD. Hal ini akan memudahkan dalam melakukan pengecekan jika terjadi perubahan atau modifikasi.
  9. Gambar lebih mudah dimengerti, dengan menggunakan sistim CAD maka benda kerja dapat digambarkan secara isomentri dan dapat diberi warna atau bayangan sedemikian rupa sehingga tampak komprehensif.
  10. Penyiapan dokumen, sistim CAD yang lengkap dapat memproduksi bill of materials dalam format tertentu. Hal ini akan mempersingkat proses penyiapan dokumen maupun spesifikasi teknis.
Pada masa lalu, waktu untuk memperbaiki gambar dalam suatu konsultan perencana adalah priorotas utama. Pada penggambaran dengan cara manual, Voisinet ( 1987 ), dalam hasil penelitiannya menyatakan dua per tiga waktunya dihabiskan untuk membolak – balik gambar perencanaan, sedangkan sepertiga waktunya untuk mengerjakan disain.
Pemakaian CAD merubah semuanya itu. Gambar dan perubahan disain dapat dilakukaan dengan lebih baik, yang nantinya akan berhubungan dengan kebutuhan secara keseluruhan.
Disamping aspek kecepatan, CAD juga menyediakan teknik dasar yang dapat dikembangkan oleh pengguna. Pembuatan garis dan huruf tidak harus terus menerus dilakukan. CAD menghindarkan dari pekerjaan yang menjemukan dan berulang. CAD memacu kretafitas untuk menuangkan ide dalam gambar.
Aspek Negatif Sistim CAD
Aspek negative disini yang dimaksudkan adalah kerugian waktu, yang terjadi apabila :
  • Terjaadi overload dalam penggunaan
  • Tidak terbiasa sehingga mengalami kesukaran dalam penggunaan sistim
  • Terdapat komponen computer yang rusak
  • Waktu yang terbuang untuk memperbaiki computer apabila terjadi kerusakan.
Disamping ini pengaruh penggunaan layar monitor kepada pemakai, karena sebagaimana telah dijelaskan, sistim layar monitor tersebut menggunakan standart televisi. Sehingga pengaruh radiasi ataupun emisi pada mata pemakai kemungkinan terjadi. Pada perkembangannya hal ini dapat dieliminir dengan menggunakan monitor yang telah dirancangan khusus. ( khrisna Moorthy, 1991 ).
Efek Sosial Sistim CAD
Aspek sosial CAD dapat menghilangkan sifat ketidak pedulian. CAD dapat membuat perubahan dari papan gambar tradisional ke monitor tanpa harus mengalami berbagai kefrustasian, karena adanya perasaan ketakutan dan ketidak tahuan.
Perhatian mendalam akan datang sebagai akibat dari cara kerja dalam kehidupan pemakai, karena pada dasaranya sebagaian besar manusia akan menyaring setiap perubahan yang terjadi. Untuk membantu sistim CAD selalu actual, para pembuat telah mempersiapkan CAD agar dapat parallel dengan sistim – sistim baru. Sedangkan freehand drawing tidak mengalami perubahan.
Permasalahan dalam menggunakan CAD
Berikut ini akan dibahas tentang permasalahan yang telah dialami oleh beberapa pengguna CAD dalam membantu proses pelaksanaan pekerjaan masing – masing, sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan penilaian terhadappenggunaan CAD saat ini.
Purwanto ( 1993 ) menyatakan bahwa permasalahan yang terjadi dalam penerapannya dapat dikemukakan sebagai berikut :
  • Masa transisi, diperlukan masa transisi pada awal penggunaan sistim CAD sebagai pengganti freehand drawing. Banyak resiko yang harus ditanggung : kemampuan penggambaran menurun, keterlambatan dan cost yang sangat melonjak.
  • Hardware, harga tinggi dengan siklus perkembangan yang sangat pesat dan persaingan dalam dunia bisnis komputer sehingga menyebabkan computer yang telah terbeli cepat menjadi usang /out of date.
  • Software, dengan meningkatkan skill dan meningkatnya kebutuhan untuk melayani berbagai macam proyek, maka menyebabkan software yang ada akan terasa kurang fleksibel lagi dan perlu updating.
  • Training, pada tingkat tertentu akan menjadi jenuh dan mendekati titik asimtotis yang sudah sulit untuk meningkatakan produktifitas dengan software yang dimiliki sekarang, sehingga updating dan training akan memberikan penyegaran dan menambahkan kreatifitas pemakai.
  • Filing, banyak kendala yang dihapadi dari segi filling karena tidak terdapat satu vendorpun yang memikirkan bagaimana sulitnya menangani sitim filling ini.
  • Dokumentasi, harus dilakukan secara baik agar dapat dipergunakan oleh pemakai lainnya seperti, nama – nama file gambar ataupun dokumentasi mengenai simpanan symbol – symbol library dan software – software, aplikasi yang telah dibuat.
Freehand Drawing dan CAD dalam Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan
Freehand drawing dan CAD dalam Dunia Kerja konsultansi, pelaksanaan pekerjaan diawali dengan pekerjaan membuat studi kelayakan, proposal disain, pra – rencana, gambar detail engineering/ DED, penyiapan dokumen lelang, pelaksanakan dan as built drawing.

Dari tabel diatas dapat ditunjukan bahwa peranan freehand drawing dan CAD sama-sama diperlukan disetiap tahapan pelaksanaan pekerjaan konsutlan perencana, tentunya dalam porsi yang berbeda pada masing – masing konsultan.
Pada tahapan studi kelayakan, penekanan pada kelayakan proyek yang akan direncanakan yang ditinjau dari aspek fisiologi, sosialogi, ekonomi dan regulasi.
Freehand drawing dan CAD sama diperlukan dalam menyampaikan gagasan/ ide, berupa sketsa dan gambar pendukung.
Pada tahapan proposal disain, penekanan pada pengembangan ide / gagasan dan konsep – konsep – konsep perancangan.
Gambar freehand diperlukan dalam menyampaikan usulan disain tersebut dan biasanya diperjelas dengan sketsa – sketsa pendukung. Penggunaan CAD lebih tepat untuk memberikan gambaran yang lebih visual dari obyek yang digagas.
Pada tahapan pra rencana, penekanan pada pengembangan disain yang berupa gambar denah, tampak, potongan dan perspektif.
Gambar freehand diperlukan dalam membuat sketsa – sketsa pengembangan gagasan hingga untuk menjelaskan gagasan baik kepada owner ataupun dafter/ operator di studio. Sedangkan CAD lebih dominan pada pembuatan produk akhir tahap ini berupa visualisasi dari ide/gagasan.
Pada penyusunan Gambar Detail atau Gambar Kerja, penekanan pada penggambaran teknis secara terukur dan gambar freehand diperlukan dalam memberikan penjelasan detail disain terutama pada kegiatan intern dalam konsultan perencana ataupun kepada owner, sedangkan CAD lebih dominant pada pembuatan produk akhir tahap ini.
Pada tahapan penyusunan dokumen lelang, yang berupa Dokumen Gambar kerja, Rencana dan Syarat – syarat ( RKS ) serta Rencana Anggaran Biaya ( RAB ). Gambar freehand tetap diperlukan untuk memberikan sketsa – sketsa penjelas pada penghitungan volume dan spesifikasi teknis dari pekerjaan yang akan dilakukan. Peran CAD pada tahap ini lebih dominant tarhadap proses penyusunan dan hasil akhirnya.
Tahapan pelaksanaan, pada tahapan ini fungsi konsultan perencana memberikan pengawasan berkala dan memberikan penjelasan Gambar Kerja serta teknis pelaksanaan dilapangan.
Gambar freehand dan CAD sama-sama diperlukan untuk menjelaskan gambar, yang berupa sketsa – sketsa detail.
Tahapan As Built Drawing, menekankan pada perubahan gambar – gambar perencanaan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan, berupa gambar / sketsa pendukung untuk menjelaskan perubahannya.Sementara CAD lebih dominan pada pematangan hasil akhir pembuatan gambar as built drawing.
Dalam penjelasan di atas menunjukan bahwa gambar freehand dan CAD sama-sama berperan pada setiap tahapan kegiatan, Freehand drawing amat berperan dalam membuat sketsa – sketsa cepat dari rancangan ataupun gambar pendukungnya sedangkan CAD lebih dominan dalam memvisualisasi produk akhirnya dari setiap tahap kegiatan dalam konsultan perencana. Untuk itu kiranya diperlukan pengusaan teknis penggambaran baik menggunakan freehandataupun CAD dalam upaya memaksimalkan produk setiap tahapan pekerjaan suatu konsultan perencana.

Kesimpulan
Penggunaan CAD dan freehand drawing dalam dunia kerja di bidang jasa konsultasi sama-sama tetap diperlukan pada setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan
Freehand drawing dibutuhkan dalam menyampaikan dan menjelaskan ide gagasan secara cepat.
CAD lebih handal dalam memvisualisasikan ide gagasan dan produk akhir tiap tahapan pekerjaan.
Penguasaan CAD dan freehand drawing yang baik akan meningkatkan kualitas produk di setiap tahapan pekerjaan konsultansi.

Jumat, 19 Oktober 2012

Siapakah Ridwan Kamil ?


Ridwan Kamil masih terbilang muda. Ia lahir di Bandung pada 4 Oktober 1971. Namun, prestasi dan karyanya membuat banyak orang berdecak kagum. Ridwan telah mengarsiteki sejumlah proyek besar di mancanegara, seperti di Singapura, Thailand, Vietnam, Cina, Hong Kong, Bahrain dan Uni Emirat Arab.
Contoh karyanya adalah Marina Bay Waterfront Master Plan di Singapura, Suktohai Urban Resort Master Plan di Bangkok dan Ras Al Kaimah Waterfront Master di Qatar-UEA.
Di Tanah Air, karyanya pun sudah terukir. Sejumlah proyek berkelas ditanganinya. Antara lain, Superblok Rasuna Epicentrum di Kuningan seluas 12 hektare, yang meliputi Bakrie Tower, Epicentrum Walk, perkantoran, ritel dan waterfront.
Sebelumnya, melalui Urbane Indonesia (perusahaan penyedia jasa konsultan perencanaan, arsitektur dan desain miliknya),  ia telah menggarap Menara I Universitas Tarumanagara, Al-Azhar International School di Kota Baru Parahyangan (Bandung), Grand Wisata Community Club House di Bekasi, Pupuk Kaltim IT Centre di Balikpapan, dan ANTV Mixed Used Centre milik PT Bakrie Swasakti Utama di Jakarta.
Urbane pernah mendapatkan BCI Asia Top 10 Award untuk kategori Rancangan Bangunan Bisnis. Kemudian, Urbane juga menjadi juara dalam merancang Museum Tsunami di Aceh. Ia sendiri mendapatkan penghargaan International Young Creative Entrepreneur of the Year dari British Council pada 2006. Bahkan, rumahnya yang sebagian dindingnya terbuat dari susunan botol meraih penghargaan Green Design Award di tingkat Asia dari BCI.
Tentu saja penggarapan karyanya butuh ide kreatif. Sarjana arsitektur lulusan Institut Teknologi Bandung ini malah meyakini arsitek itu tak berbeda dari seniman. Sebab, butuh inspirasi, ilham dan ide-ide segar sebelum berkarya.
Lantas, bagaimana ia menelurkan ide-ide kreatif yang menjadi kebutuhan vital bagi profesinya itu? Rupanya ia tak sekadar menunggu datangnya ilham. Sejumlah upaya khusus dilakukannya.
Pertama adalah membaca. Ia melihat perkembangan dunia arsitektur kadangkala dipicu provokasi dunia kampus. Dari sana lahirlah teori-teori baru yang umumnya kurang dipahami orang awam. Namun, baginya hal ini bisa dibuat mudah, yaitu teori tersebut ditransformasikan menjadi sesuatu yang bisa dibangun.
Sebagai arsitek, ia tak hanya berkutat dengan bidang ilmu arsitek. Ia kerap meminjam teori-teori lain, seperti filsafat dan sastra, untuk memperkaya karyanya. Ia melihat arsitektur mengikuti pergerakan peradaban. Intinya, “Semakin rajin membaca, melihat perubahan paradigma dunia, maka kita akan semakin memahami perubahan arsitektur,” kata lelaki yang akrab disapa Emil ini.
Upaya lain yang dilakukannya adalah melakukan jalan-jalan atau traveling. Diungkapkannya, ia sering mendapatkan inspirasi baru dari traveling. Alasannya, dari berjalan-jalan ini ia bisa menemukan gaya-gaya arsitektur baru. Dari sini ia bisa membandingkan karya yang satu dengan karya yang lain. Dan, dari sini biasanya ia mendapat inspirasi baru.
Hal ketiga yang tak boleh dilewatkan adalah mencermati sekeliling. “Saya pernah dapat ide dari botol parfum,” kata Ridwan. Botol parfum mampu menginspirasinya membuat sebuah karya arsitektur. Ia melihat ada kemiripan antara botol parfum dan arsitektur.
Ridwan mengaku membutuhkan suasana rileks sebelum menghasilkan ide-ide cemerlang. Sebaliknya, jika ada tekanan, hal itu seperti mimpi buruk bagi orang kreatif. “Orang kreatif kalau under pressure, idenya sering tidak maksimal,” ujarnya.
Hal ini pula yang menjadi alasan mengapa dirinya lebih memilih berkantor di Bandung ketimbang di Jakarta. “Kalau orang kreatif bisa lebih rileks dan banyak merenung, dia malah akan lebih produktif,” ujarnya. Dan terbukti, kantor yang ada di Bandung sering mendapatkan penghargaan.
“Ada 20 penghargaan yang sudah diterima kantor saya,” katanya bangga. Ia mencermati kebanyakan arsitek lebih menyukai suasana Ubud ketimbang Kuta saat ada di Bali. Alasannya sama, “Di sana tenang. Orang kreatif butuh itu untuk mendapatkan inspirasi.”
Hal ini tak hanya dilakukan Ridwan. Ia juga menularkan cara serupa kepada karyawan kantornya. Bahkan, model inilah yang dijadikan budaya di perusahaannya.
Untuk ini, ia berani mengeluarkan uang lebih demi memunculkan kreativitas timnya. “Saya investasi kreativitas dengan mengajak mereka jalan-jalan,” ujarnya. Tak tanggung-tanggung, sekali setahun karyawannya diajak jalan-jalan ke luar negeri. Tujuannya, kondisi karyawan lebih sehat dan pikiran mereka segar. “Seluruh karyawan pernah saya ajak ke Thailand, Vietnam, Malaysia dan Brunei. Dan itu dibiayai kantor.”
Namun, untuk tim yang lebih khusus — tim yang langsung bekerja dengannya — ia punya perlakuan yang lebih spesial, yaitu jalan-jalan ke Eropa. Itu berlangsung dua kali setahun. “Selalu setelah jalan-jalan mereka lebih kreatif,” katanya. “Managing creative people memang tidak mudah,” Ridwan mengakui.
Tantangan yang sering dirasakannya, ia tidak bisa memastikan kapan kreativitas seseorang muncul. “Pernah kami butuh ide-ide kreatif karyawan saat pagi. Ternyata ide kreatifnya keluar pukul 6 sore. Ya kami bisa apa? Memang begitulah kreativitas itu muncul,” ujarnya sembari mengangkat bahu.
Ia mencontohkan dirinya. Ia mengaku sering mendapat ide saat malam. Kalau pagi, banyak kendala seperti urusan administrasi. “Kalau lepas Maghrib kan tenang,” ungkapnya.
Namun, Ridwan mengaku lebih sering mendapat ide saat mandi. “Kalau kepala saya kena air dari shower, itu baru segar. Dan ide-ide berdatangan,” katanya, seraya menjelaskan bahwa kemenangannya di sejumlah sayembara sering terinspirasi ketika di kamar mandi.
Karena itu, Ridwan merasa perlu mendesain khusus kamar mandi di rumahnya. “Desainnya natural. Hampir semua dari kayu,” katanya. Bahkan, saking senangnya mendapat guyuran air, Ridwan menciptakan hujan buatan di kamar mandi.
“Jadi saya desain sedemikian rupa, supaya seperti air hujan di kamar mandi,” ujarnya. Tidak itu saja, lantai kamar mandi juga dibuat bergoyang layaknya jembatan. “Biar saya lebih kreatif,” ujar ayah Emmeril Khan Mumtadz (10 tahun) dan Cammilia Laetitia Azzahra (5 tahun) ini.
Lalu, bagaimana caranya menjual ide? Ridwan mengaku punya cara sendiri. Diungkapkannya, menjual sebuah ide ditentukan latar belakang calon klien. Misalnya, klien yang berlatar belakang pendidikan biasa-biasa saja, jarang traveling, biasanya kurang memiliki wawasan.
“Maka klien itu akan cenderung mendikte kita berdasar pada yang dia tahu saja. Padahal, di luar sana sudah berkembang pesat,” ujarnya. Nah, ia punya cara untuk menyiasati ini. Ia selalu mengajak kliennya “berkeliling” dunia.
Ini istilah Ridwan untuk menampilkan slide show foto-foto arsitektur di dunia. “Begini lho arsitektur di Dubai, Cina, Eropa, dan negara lainnya. Nah, baru setelah itu mereka bisa menerima ide kreatif kami.”
Ridwan mengungkapkan bahwa ia menerapkan sejumlah strategi dalam melayani klien.
Pertama, visioning service. Di sini ia tidak hanya menyediakan desain, tetapi juga memberi masukan bagi pengembangan bisnis klien dari sisi rancang bangun.
Kedua, memberi layanan master plan. Di sini ia tidak hanya menawarkan desain bangunan, tetapi juga pengembangan kawasan.
Berikutnya, kesinambungan teori dan praktik. Itulah sebabnya, sejumlah desainer seniornya merupakan dosen perguruan tinggi.
Terakhir, ia sendiri aktif mengikuti sayembara guna membuktikan kreativitasnya. Begitu pula yang ia minta dari karyawannya.
Ridwan menyadari antara tuntutan bisnis dan ide kreatif terkadang bertentangan. Apalagi, di dunia arsitektur. Pembangunan arsitektur di Indonesia banyak menemui kendala biaya. Berbeda dari negara maju yang bisa membayar mahal teknologi dan kreativitas.
Untuk menyiasati hal ini, ia kadang terpaksa menurunkan kadar kreativitasnya. “Memang sakit hati karena ide kreativitas saya tidak tersalurkan karena harus disesuaikan dengan affordability di Indonesia,” ujarnya. Ya, dunia memang tidak benar-benar bundar.
Sumber: SWAsembada, Kompas

 

Jasa Pembuatan Maket

Maket : Rp. 2.500,-/cm2 luasan alas (hanya wilayah solo dan semarang)
Untuk Furniture Interior 1.000.000 / lantai

Harga di atas bisa diNEGO

Wilayah lain menyesuaikan negosiasi

Jasa Desain arsitektur

Desain Bangunan/arsitektur : Rp. 50.000,-/m2 luas lantai Desain 2D & 3D, Gambar kerja, RAB) Free survey --> Semarang dan Solo

Contact Person

Semarang--> Widya Cipta Ekha N
085640334749

Solo --> Syaiful Rakhman
085728755575

Email : javasdesign8@gmail.com